PEMASARAN INTERNASIONAL
Nama-nama kelompok :
Ma’rifah C 201 11
051
Delvin Eunike wile C 201 11 052
Tiara Angraini C 201 11 071
Atika Chairunnisa C 201 11 081
FAKULTAS EKONOMI / MANAJEMEN
UNIVERSITAS TADULAKO
2013 / 2014
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam
melakukan pemasaran yang melintasi
batas-batas Negara dituntut suatu suatu interaksi dengan orang-orang dan
lembaga-lembaga serta organisasi yang dikelola dalam lingkungan kebudayaan yang
berbeda. Nilai-nilai yang penting bagi sekelompok orang mungkin tidak begitu
berarti bagi kelompok lain. Sebagai contoh, sikap, dan persepsi khas orang-orang amerika terhadap berbagai
macam hal mungkin sekali berbeda dengan
ide dan pandangan bangsa lain untuk suatu hal tertentu. Singkatnya, di antara
bangsa-bangsa terhadap perbedaan yang sangat berarti dan mencolok dalam sikap,
kepercayaan, ritual, motivasi, persepsi, moralitas, kebenaran, dan takhayul. Di
samping itu masih banyak lagi perbedaan karakter kebudayaan yang dapat kita
sebut satu per satu hamper tanpa batas.
Perbedaan kebudayaan sangat
mepengaruhi perilaku pasar. Oleh karena itu, pemasar internasional sangat perlu
untuk sungguh-sungguh mengenal ciri khas kebudayaan Negara-negara yang
dengannya mereka mengadakan hubungan bisnis. Literatur pemasaran
internasional penuh dengan contoh-contoh
di mana unsur-unsur kebudayaan bangsa-bangsa telah menimbulkan banyak masalah
yang tak teratasi . disbanding fungsi-fungsi bisnis lainnya, pemasaran lebih
mungkin berhadapan dengan masalah-masalah kebudayaan, Karena pemasaran mau tak
mau harus berhubungan dengan orang-orang dalam setiap Negara yang dituju. Pada
praktiknya, hampir seluruh kebijakan pemasaran berkaitan dengan kebudayaan.
Pengaruh kebudayaan pada usaha
pemasaran internasional meliputi berbagai
macam aspek. Pencantuman factor perbedaan kebudayaan dalam membuat kebijakan
pemasaran untuk meningkatkan kesuksesan ternyata telah lama menimbulkan masalah
kritis dalam pemasaran luar negeri. Sejalan dengan bertambah banyaknya
kritik-kritik yang dilontarkan terhadap perusahaan-perusahaan multinasional,
pengaruh kebudayaan tampak semakin penting. Kenaifan dan kesalahan yang
berkaitan dengan kebudayaan bias menimbulkan masalah yang harus dibayar mahal.
Bab ini akan dimulai dengan
pembahasan mengenai pengertian kebudayaan dan kemudian menyelidiki pengaruh
kebudayaan yang sangat besar terhadap pemasaran di luar Amerika Serikat.
Unsur-unsur kebudayaan yang beraneka ragam juga dibicarakan di sini. Sebuah
kerangka kerja untuk menganalisis kebudayaan akan diperkenalkan. Pengaruh
struktur sosio-kultural suatu bangsa terhadap kebijakan pemasaran yang berbeda
juga akan dianalisis. Setelah itu, suatu tatacara untuk melaksanakan adaptasi
kebudayaan luar negeri akan ditawarkan. Akhirnya, pengaruh pemasaran luar negeri
terhadap kebudayaan setempat sebagai agen perubahan akan dibahas.
BAB II
PEMBAHASAN
2.
LINGKUNGAN BUDAYA
2.1 Konsep Budaya
Budaya
terbentuk dengan cara yang berbeda-beda. Budaya meliputi segala sikap dan
tingkah laku serta nilai-nilai yang dipelajari dan diturunkan kepada setiap
orang hidup dan tinggal di dalam masyarakat melalui pengalaman yang diperoleh.
Sebuah definisi klasik mengenai kebudayaan telah diungkapkan oleh Sir Edward
Tylor:
Budaya
ialah suatu keseluruhan yang kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan,
seni moral, hukum/peraturan, adat-istiadat, dan kemampuan-kemampuan serta
kebiasaan-kebiasaan lain yang diperoleh (setiap individu sebagai anggota) dalam
masyarakat.
Budaya
berkembang melalui hubungan sosial yang terus-menerus yang membentuk pola-pola
yang akhirnya dibatinkan oleh anggota-anggota dari setiap kelompok.
Secara
umum disetujui bahwa suatu kebudayaan harus memiliki ketiga karakteristik
berikut:
1. Kebudayaan
dipelajari, artinya, kebudayaan diperoleh setiap orang sepanjang masa melalui
keanggotaan mereka di dalam suatu kelompok yang menurunkan kebudayaannya dari
suatu generasi ke generasi berikutnya.
2. Kebudayaan
bersifat kait-mengkait, artinya setiap unsur dalam kebudayaan sangat berkaitan
erat satu sama lain, misalnya unsur agama berkaitan erat dengan unsur
perkawinan, unsur bisnis berkaitan erat dengan unsur status sosial.
3. Kebudayaan
dibagikan, artinya, prinsip-prinsip suatu kebudayaan menyebar kepada setiap
anggota yang lain dalam suatu kelompok.
Konsep kebudayaan sangat luas dan
kompleks, yaitu meliputi setiap segi kehidupan manusia. Hal ini memberi kesan
bahwa kebudayaan mennjawab seluruh kebutuhan manusia, baik fisik maupun psikologis. Selanjutnya, kebudayaan terus-menerus berkembang dalam penyempurnaan
dan penyesuaian yang konstan-sebagian dalam merespons pengaruh kekuatan dari
luar. Dengan kata lain, suatu kebudayaan tidak bersifat tetap, melainkan
perlahan-lahan berubah seiring perjalanan waktu. Akhirnya, perubahan kebudayaan
tidak harus dapat dilihat, melainkan bias sangat halus dan tidak kentara
sehingga dapat muncul ke permukaan dalam situasi di mana tak seorang pun pernah
memperhatikannya.
Suatu bangsa boleh jadi memiliki
lebih dari satu kebudayaan. Kanada memiliki kebudayaan ganda: kebudayaan orang-orang
yang berbahasa inggris dan kebudayaan
orang-orang yang berbahasa perancis. Dua kebudayaan yang sungguh berbeda juga
terdapat di Israel. Kebudayaan itu, yakni kebudayaan dari kelompok barat yang
terdiri dari imigran eropa dan amerika serikat yang kebudayaannya sesuai dengan
latar belakangnya, dan satu lagi kebudayaan kelompok orientalis (Timur) yang
terdiri dari imigran asia dan afrika, terutama masyarakat islam yang berbahasa
arab. Perbedaan di antara kedua kelompok ini dilukiskan sebagai berikut:
Nilai-nilai
kelompok orientalis umumnya cocok dengan nilai-nilai masyarakat tradisional
yang digambarkan sebagai berikut: kewajiban kekuatan, kata-kata keramat, dan
teguh atas keabadian mereka. Mereka menerima dunia secara fatalisitis. Mereka
juga menaruh hormat terhadap penguasa dan suka berkelompok.
Berbeda dengan ini, norma-norma dan
nilai-nilai orang Israel keturunan barat dapat digambarkan dengan menekankan
kegigihan bekerja, sikap yang agresif terhadap ekonomi dan perubahan social,
punya kecenderungan yang jelas menuju tingkat industrialisasi yang lebih
tinggi. Orang-orang imigran Israel yang berasal dari kelompok orientalis yang
tiba lebih akhir daripada kelompok barat, dihadapkan terpikat akan masyarakat
barat yang memilki tekanan kuat atas spesialisasi, globalisasi dan prestasi.
2.2 Ruang Lingkup Budaya
Pengetahuan tentang suatu kebudayaan
dapat diperoleh dengan menggali aspek-aspeknya yang beraneka ragam-tetapi
aspek-aspek yang mana?
Karena
kebudayaan merupakan suatu konsep pemikiran yang sangat luas, sangat perlulah
mengembangkan suatu ruang lingkup untuk pemahaman kebudayaan. dari titik
pandang seorang pemasar, suatu cara memperoleh pemahaman kebudayaan adalah
menganalisis elemen-elemen kebudayaan berikut dalam suatu negara: kehidupan
material, interaksi social, bahasa, estetika, agama dan kepercayaan, harga diri
dan prasangka, serta etika dan adat-istiadat.
2.2.1 Kehidupan
Material
Kehidupan
material mengacu pada kehidupan ekonomi, yakni apa yang dilakukan oleh manusia
untuk memperoleh nafkah. Alat-alat pengetahuan, teknik, metode-metode dan
proses-proses yang digunakan oleh suatu kebudayaan untuk menghasilkan barang
dan jasa juga termasuk distribusi dan konsumsinya, termasuk dalam bagian
kehidupan material. Ada dua bagian esensial dari kehidupan material, yaitu
pengetahuan dan perekonomian.
2.2.2 Interaksi Sosial
Interaksi
social membangun aturan-aturan yang dimainkan seseorang dalam masyarakat serta
pola kekuasaan dan kewajiban mereka. Aturan dan pola ini didukung oleh kerangka
lembaga-lembaga masyarakat, yang
meliputi, misalnya, pendidikan dan perkawinan.
Aturan-aturan social juga dibangun oleh
kebudayaan. Misalnya, seorang wanita biasa berfungsi sebagai seorang isteri,
ibu, pemimpin komunitas dan/ atau seorang tenaga kerja. Bahwa suatu peraturan
cocok dalam situasi yang berbeda-beda adalah berkaitan dengan batas-batas
kebudayaan. Kebanyakan wanita swiss menganggap tugas-tugas rumah tangga
(contohnya, mencuci pakaian, mencuci piring, membersihkan lantai) sebagai tugas
utama mereka. Karena alasan ini mereka anti akan peralatan dan mesin-mesin
modern. Sikap-sikap dan tingkah laku juga lahir dari kebudayaan dalam bentuk
konvensi,ritual , dan praktik-praktik dalam peristiwa yang berbeda-beda seperti
dalam pesta, pernikahan, kebersamaan dan waktu berkabung atau perayaan
keagamaan.
Demikian juga halnya dengan kewibawaan
orang tua, guru, dan para agamawan yang dijunjung tinggi di banyak masyarakat.
Sistem pendidikan, tata upacara social (perayaan dan pesta), dan adat kebiasaan
serta tradisi-tradisi kembali meneguhkan aturan-aturan dan pola-pola individu
dan kelompok yang telah ditetapkan sebelumnya. Berkenaan dengan pemasaran,
interaksi sosial mempengaruhi keputusan
dan perilaku membeli suatu keluarga. Interaksi
social menentukan pandangan, pendapat dan kesempatan seseorang dalam
mempengaruhi pasar.
2.2.3
Bahasa
Bahasa
sebagai bagian dari kebudayaan dianggap tidak hanya dalam arti harfiah seperti
kata-kata yang diucapkan, tetapi juga sebagai symbol komunikasi dari waktu,
ruang, benda-benda, persahabatan dan kesepakatan. Komunikasi terungkap melalui
kata-kata, gerak-gerik, air muka dan gerakan-gerakan tubuh lainnya. Banyak
bahasa yang berbeda-beda di dunia ini yang tidak dapat diterjemahkan secara
harfiah dari satu bahasa ke bahasa yang lain. Pengertian dari aspek simbolis
dan fisik pada komunikasi dalam
kebudayaan yang berbeda lebih sulit lagi dimengerti. Sebagai contoh, suatu
ungkapan seperti “body by fisher “.
Demikian juga halnya dengan ungkapan “Let Hertz put you in the driver’s seat”,
bila diterjemahkan secara harafiah ke bahasa spanyol berarti “Let Hertz make you a chauffeur”.
Nova diterjemahkannya ke bahasa spanyol sebagai “it doesn’t go”. Suatu
pengiriman sepatu dari cina ke mesir pernah menimbulkan masalah karena desain
pada sol sepatu-sepatu itu bila dieja menjadi “god” (Allah) dalam bahasa arab.
Mesin fotocopy roto dari Olympia tidak laku di chili karena dalam bahasa chili
kata “roto” berarti kelas/mutu paling rendah, dan kata “roto” dalam bahasa
spanyol berarti “patah, hancur atau remuk”. Bahasa dalam transaksi-transaksi
dagang, kontrak, negosiasi, reklame, dan lain sebagainya. Sebagai contoh,
coca-cola co., tidak menggunakan kata “diet” di perancis, karena kata diet itu
di sana memberi kesan kesehatan yang buruk. Sebagai gantinya perusahaan itu
menyebutnya coca-cola light.
Komunikasi simbolis juga sama
pentingnya. Hadir tepat waktu dalam suatu pertemuan adalah norma perilaku yang
dipegang teguh di amerika serikat. Seseorang akan dipandang rendah jika dia
tidak hadir tepat pada waktu yang sudah ditetapkan.
2.2.4
Estetika
Estetika meliputi seni (arts), drama,
music, kesenian rakyat (folksway), dan arsitektur (seni bangunan) yang terdapat
dalam masyarakat. Aspek-aspek yang terdapat dalam masyarakat tadi membawa dan
melahirkan suatu konsep keindahan dan ekspresi yang menakjubkan dalam suatu
kebudayaan. Sebagai contoh, warna-warna yang berbeda memiliki arti yang berbeda
pula di seluruh dunia. Di masyarakat barat, pakaian pengantin biasanya warnanya
putih, tetapi asia, warna putih justru simbol dukacita.
Nilai estetika dari
suatu masyarakat tampak pada corak, bentuk, warna, ekspresi, symbol,
gerak-gerik, emosi, perawakan yang bernilai dan berkaitan dengan suatu budaya
tertentu.atribut-atribut ini memiliki pengaruh pada desain/model dan promosi
untuk produk yang berbeda. Demikian juga, ruang dan cara seseorang
mengungkapkan sesuatu tentang posisi dan keadaannya dilihat dari setiap
kebudayaan. Dalam banyak situasi bahasa simbolis dari suatu komunikasi lebih
penting daripada kata-kata yang nyata, dan orang memberi tanggapan berdasarkan
hal itu. Oleh karena itu, seorang pemasar internasional harus mengerti
perbedaan kebudayaan dan menanggapinya dengan tepat untuk menghindari
komunikasi yang membawa pesan yang salah.
2.2.5
Agama dan Kepercayaan
Agama mempengaruhi pandangan hidup, makna dan konsep suatu kebudayaan. Agama juga
mempengaruhi peran pria dan wanita, juga institusi-institusi kemasyarakatan dan
adat-istiadat, seperti upacara pernikahan dan upacara pemakaman. Agama islam
sungguh-sungguh membatasi peran wanita, yakni sebagai ibu rumah tangga. Wanita
juga di batasi pada tugas sebagai bawahan. Lagi pula, seorang pria islam
diizinkan memiliki lebih dari satu orang isteri, tetapi seorang wanita harus
mempunyai satu suami. Agama mempengaruhi pola kehidupan dalam berbagai cara
yang lain. Agama membangun wewenang dalam suatu hubungan, tugas dan tanggung
jawab individu baik pada masa kanak-kanak maupun pada masa dewasa, dan kesucian
perbuatan-perbuatan yang berbeda-beda seperti pemeliharaan kesehatan.
2.2.6 Harga Diri dan Prasangka
Setiap kebudayaan mendorong perkembangan
suatu bentuk harga diri dan prasangka tertentu di antara para anggotanya. Oleh
karena itu, bahkan kebudayaan paling terbelakang di mata orang barat pun
memiliki harga diri dalam cara dan sifat serta sikapnya.
2.2.7 Etika dan Moral
Pengertian dari apa yang disebut benar
dan apa yang salah didasarkan pada kebudayaan. Keterusterangan dan kejujuran
yang terbuka secara moral dianggap benar di amerika serikat, bahkan walaupun
itu menyakiti hati. Dalam kebudayaan latin, orang menolak atau menghindari
pernyataan-pernyataan langsung yang kiranya akan membuat malu dan membuat orang
lain merasa tidak senang. Jadi walaupun sesungguhnya seorang pedagang latin
tidak ingin untuk mengadakan transaksi dagang pada suatu waktu tertentu, dia
akan berusaha untuk tampak cukup memberikan perhatian, walaupun pada akhirnya
ia akan menarik diri dari proses transaksi itu.
2.3 Budaya dan Pemasaran
Budaya
mempengaruhi setiap aspek pemasaran. Sebuah perusahaan yang berorientasi
pemasaran harus mengambil keputusan berdasarkan sudut pandang pelanggan.
tindakan-tindakan para pelanggan dibentuk oleh gaya hidup dan pola tingkah laku
yang berasal dari kebudayaan masyarakat mereka. Jadi, barang-barang yang mereka
beli, lambang-lambang yang bernilai bagi mereka serta prinsip-prinsip yang mereka
anut, dipilih oleh mereka dipengaruhi oleh kebudayaan mereka. Sesungguhnya
bukanlah suatu yang berlebihan untuk mengatakan bahwa sudut pandang atau
sumber-sumber, masalah-masalah, dan peluang-peluang untuk sesuatu yang
sungguh-sungguh luas diwariskan dan dikondisikan oleh kebudayaan.
- 2.3.1 Produk
- Ada dua produk yang mirip yang diperkenalkan disebuah negara. Satu di antaranya diterima dengan baik, sementara yang satu lagi gagal. Walaupun keadaan produk dipasar tergantung pada berbagai macam faktor, namun dalam beberapa kasus kegagalan secara langsung terjadi karena kesalahpahaman dalam berhadapan dengan kebudayaan.Suatu produk yang telah sukses di Amerika Serikat mungkin tidak akan memperoleh hasil yang sama ditempat lain karena barang yang diinginkan di Amerika Serikat belum tentu diinginkan ditempat lain. Kadang-kadang sebuah produk yang tidak mendapat sambutan di Amerika Serikat berkemungkinan sukses ditempat lain bila bentuknya disesuaikan dengan budaya setempat. Secara umum, produk yang hendak dipasarkan ke luar negeri harus cocok dengan keadaan lingkungan budaya negara yang hendak dituju. Sikap untuk mempertimbangkan resiko yang akan diterima juga dipengaruhi oleh kebudayaan. Resiko merupakan suatu faktor penentu yang lebih penting dalam kebiasaan berbelanja di Amerika Serikat dari pada di Mexico, di mana konsumen sangat kuat dipengaruhi oleh pemikiran fatalistik, yang percaya bahwa manusia tidak punya kontrol dan sumber atas bentuk sesuatu dimasa depan.
2.3.2 Distribusi
Dimensi kultural suatu
bangsa dapat menjadikan suatu rencana distribusi lebih hidup dan bergairah.
Sebagai contoh, di Amerika Serikat, Sears mendapatkan penjualan Roebuck dalam
persentase yang sangat besar. Namun di mexico, Sears telah membuat dua hal yang
sangat berbeda, untuk menanggapi aspek harga diri budaya setempat. Saluran
distribusi barang mungkin perlu dimodifikasi agar sesuai dengan kondisi
setempat.
2.3.3
2.3.3 Promosi
Praktik-praktik
promosi, khususnya iklan, barangkali adalah yang paling mudah terkena
kesalahpahaman budaya. Dibawah ini ada sejumlah contoh salinan dan
bentuk-bentuk iklan yang memalukan dari sudut pandang budaya. Akibatnya, iklan
itu tidak mencapai sasaran yang diinginkan.
- 2.3.4 Harga
- Harga atas produk yang bersedia dibayar konsumen tergantung pada nilai pikiran dan aktual dariproduk tersebut. Nilai barang yang diimpor dari negara-negara barat, misalnya, dianggap lebih tinggi dinegara sedang berkembang. Sebagai contoh, orang-orang india menganggap barang-barang impor lebih bermutu tinggi dari pada barang-barang produksi lokal mereka. Karena alasan itu, perusahaan-perusahaan Amerika dan inggris menjualnya dengan harga yang membubung. Ada sebuah cerita yang diceritakan oleh seorang india yang pernah berlibur ke Inggris.
2.4 Analisis Budaya – Keunggulan Pandangan Negara Tuan Rumah
Analisis kultural yang berbeda perlu
bagi perumusan strategi pemasaran internasional. Secara konseptual, analisis kultural itu dapat
didasarkan pada yang manapun dari ketiga pendekatan berikut ini : etnosentrisme,
asimilasi, dan keunggulan pandangan negara tuan rumah.
Pendekatan
etnosentrisme menganggap “Kamilah yang
terbaik.”banyak perusahaan Amerika Serikat salah karena menganggap bahwa apa
yang baik di tempat sendiri pasti baik juga dipasar-pasar luar negeri.
Contoh-contoh yang dibahas dalam bagian sebelumnya telah memperlihatkan
bagaimana paham etnosentrisme dapat menimbulkan kesalahan yang harus dibayar
mahal. Pendekatan asimilasi
menganggap bahwa karena Amerika adalah wadah percampuran budaya,maka ciri-ciri
khas budaya yang tampak dimasyarakat Amerika pasti cocok dimanapun. Pendekatan
yang ketiga ialah keunggulan pandangan
negara tuan rumah memberi perhatian pada keadaan pasar dan menekankan
kebijakan-kebijakan yang didasarkan pada ciri khas budaya setempat, budaya tuan
rumah. Pendekatan ini menganggap informasi setempat sebagai pintu masuk untuk
sukses dalam pasar-pasar diluar Amerika Serikat. Pembahsan berikut ini akan
memakai pendekatan ketiga.
2.4.1 Penafsiran
Budaya
Suatu penafsiran atau budaya
suatu negara demi kesuksesan pemasaran meliputi analisis atas sikap, motivasi,
persepsi, dan proses belajar orang-orang. Menyimpulkan dan meringkaskan secara
lebih spesifik ketetapan-ketetapan budaya. Informasi yang terkandung dalam
petunjuk tersebut mencoba menghubungkan ciri khas budaya dengan
kebijakan-kebijakan pemasaran. Sebagai contoh, hanya mengetahui agama dan
moralisasi dari suatu budaya tidak akan memadai. Yang harus dianalisis ialah,
apakah barang-barang yang akan diperkenalkan ke suatu negara memiliki konotasi
langsung atau tidak langsung yang bertentangan dengan pola-pola budaya
masyarakat setempat. Hal yang sama juga diperiksa pada tema-tema iklan,
ungkapan-ungkapan, kata-kata atau ekspresi dalam promosi.
Nilai budaya
suatu bangsa suatu dapat dipelajari melalui observasi maupun kerja lapangan.
Observasi menuntut tinggal dan hidup dalam suatu lingkungan budaya selama
periode waktu yang lama agar sungguh-sungguh terlibat dalam seluruh pola
kehidupannya. Kerja lapangan disisi lain, meliputi pengumpulan informasi
tentang perangkat unsur-unsur yang memiliki relasi dengan budaya setempat.
Sementara itu metode observasi mungkin lebih diinginkan demi pemahaman suatu
budaya dengan lebih sempurna.
2.5 Adaptasi budaya
mengacu pada penentuan kebijakan bisnis
yang sesuai dengan ciri khas budaya suatu masyarakat. Dengan kata lain,
adaptasi menuntut bahwa kebijakan yang diambil itu harus peka terhadap budaya
setempat untuk menjamin bahwa adat-istiadat, dan hal-hal yang tabu tidak
membatasi mereka dalam mengimplementasaikan.
Bagian-bagian pembahasan terdahulu telah
menggarisbawahi pentingnya budaya sebagai factor keberhasilan pelaksanaan
perdagangan di luar Amerika Serikat. Pengaruh budaya meliputi segalanya dalam semua keputusan pemasaran.
Sangat jelas bahwa pemasar-pemasar internasional harus mengusahakan adaptasi
budaya di luar negeri. Semua keputusan dan tindaka mereka sepenuhhnya harus cocok
dengan budaya setempat.
Walaupun
arti penting dari adaptasi budaya disadari ssngat luas, namun pelaksanaannya
sangatlah sulit. Asalan utama dari kesulitan
ini ialah apa yang dikatakan seorang pengarang sebagai SRC, yakni
kecenderungan menggunakan self- efrence criterion (berdasarkan kriteria
sendiri), yang dapat dijelaskan dengan cara berikut ini : Kapan saja orang
berhadapan dengan situasi yang unik, nilai-nilai mereka sendirilah yang
digunakan sebagai ukuran bagi pemahaman dan tanggapan mereka atas situasi
tersebut. Ketergantungan pada SRC muncuk
secara alamiah. Sebagai contoh, seandainya orang Amerika terlambat pada suatu
pertemuan, orang itu sangat merasa bersalah dan dia akan meminta maaaf atas
keterlambatannya teersebut. Nilai-nilai atas ketepatan waktu itu sendiri di
Amerika sudah sungguh-sungguh tertanam. Sedangkan bagi orang arab waktu
pertemuan yang telah ditetapkan pukul 09.00 tidaklah berarti harus
sungguh-sungguh tepat pukul 09.00. Kecenderungan terhadap SRC menjadi suatu kesulitan besar dalam
adaptasi budaya.
2.5.1 Kerangka Kerja
Adaptasi
Lee
mengajukan suatu prosedur yang terdiri dari empat langkah untuk memeriksa
pengaruh SRC dalam adaptasi bisnis :
• Langkah 1. Menetapkan masalah atau tujuan
bisnis dalam hubungannya dengan ciri khas budaya, kebiasaan, atau norma-norma Amerika Serikat.
•
Langkah 2. Menetapkan masalah atau
tujuan bisnis dalam hubungannya dengan cirikhas, kebiasaan, atau norma-norma
budaya bangsa asing. Jangan menjatuhkan penilaian atas nilai-nilai tersebut.
•
Langkah 3. Singkirkan pengaruh SRC dalam
msalah itu dan periksalah hal itu dan periksalah
hal itu dengan penuh kehati-hatian untuk melihat bagaimana hal itu mempersulit
masalah tadi.
• Langkah 4. Definisikan kembali masalah
tadi tanpa pengaruh SRC dan pecahkan demi
menciptakan suasana bisnis yang mencapai tujuannya.
2.5.2 Lingkungan Adaptasi
Secara
esensial, ada tiga lingkup yang tercakup dalam adaptasi bisnis luar negeri :
produk, institusi, dan individu. Produk dapat dipasarkan ke luar negeri, dengan
dimodifikasi hingga dengan iklim, spesifikasi elektronik, preferensi warna, dan
minat luar negeri, atau produk itu dirancang ulang sama sekali agar sesuai
dengan kebuthuan masyarakat setempat misalnya, sebuah mobil seharga 3.000 dolar
untuk Negara-negara di dunia ketiga. Tingkah laku institusi meliputi adaptasi
organisasi dan intraksi-interaksi bisnis untuk mencocokan dengan perspektif
Negara setempat. Misalnya, perusahaan Amerika Serikat di Spanyol mengizinkan
para pekerjanya untuk istrahat siang.
Yang paling penting, adaptasi
tanggapan individu terhadap situasi Negara-negara setempat harus
benar-benar bebas dari SRC.
Adaptasi sperti ini dituntut dalam
segala hal-arti waktu, tingkah laku social, tingkah laku bermain, inteeraksi
dalam keluarga, dan lain-lain. Sebagai
conto, adaptasi menuntut bahwa istri seorang eksekutif pria Amerika Serikat
tidak akan menemani eksekutif itu pada suatu jamuan makan malam di negara
islam.Sayangnya, dalam situasi-situasi internasional, suatu budaya tertentu
banyak diilhami nilai-nilainnya sendiri, sehingga apa yang umumnya dilihat dan
dibuat yang dianggap tepat dan benar.
Adaptasi tingkah laku yang cocok
perlu untuk memperoleh keberhasilan dalam bisnis luar negeri. Adaptasi jangan
disalah mengerti dengan arti bahwa seorang harus menyesuaikan dengan diri dan
sikap dan tingkah laku serta ciri khas budaya negara setempat. Melainkan,
seorang harus, dengan melepaskan diri dar SRC,
mencari pemahaman akan suatu budaya, mengembangkan smangat toleransi dan
opresiasi terhadap budaya yang berbeda-beda.
Pengabdian faktor budaya akan
menghambat keberhaasilan pemasaran, dan bahkan dapat menjerumuskan pada
kegagalan. Jadi, strategi pemasaran harus benar-benar memperhatikan dan
mempertimbangkan ciri khas budaya setempat.
2.6 Perubahan Budaya
Sementara
para pemasar internasional harus mengerti bahwa budaya mempengaruhi seluruh
aspek kehidupan dan dengan demikian menuntut mereka untuk akrab dengan budaya
tersebut demi peslaksanaan kebijakan pemasaran yang sesuai. Mereka juga
dituntut untuk menyadari bahwa budaya tersebut
mengalami perubahan dalam perjalanan
waktu.
Karakteristik
budaya inni rupanya memberikan suatu peluang yang menarik. Barang dan jasa yang
pada suatu waktu tidak dapat dipasarkan kedalam suatu budaya tertentu, mungkin nantinya
dapat diterima dan disambut baik karena adanya perubahan budaya. Dengan kata
lain, perubahan budaya mempengaruhi sambutan dan tanggapan orang suatu barang
yang baru.
2.6.1 Dasar-dasar Perubahan Budaya
Masalah perubahan budaya adalah
suatu perubahan yang kontroversial dan para antropolog satu sama lain memiliki
alsan masing-masing yang berbeda-beda. Meskipun hal itu diperdebatkan, satu
cara untuk melihat terjadinya perubahan budaya adalah melalui perkembangan
ekonomi dan teori hierarki kebutuhan maslow. Maslow menyusun dan menggolongkan
lima tingkat kebutuhan manusia mulai dari kebutuhan rendah samoai kebutuhan
yang paling tinggi : kebutuhan jasmani ( makanan, air, tempat berteduh, seks);
kebutuhan akan rasa aman (perlindungan, keamanan, stabilitas); kebutuhan sosial
(rasa sayang, persahabatan, penerimaan);kebutuhan ego (prestise,
keberhasilan,harga diri);dan kebutuhan aktualisasi diri (kepenuhan diri).
Dengan suatu negara mulai bergerak dari suatu tingkat ekonomi yang rendah, di
mana pemenuhan kebutuhan jasmani sebagai tujuan utamanya, menuju satu situasi
di mana kebutuhan dasar itu telah dengan mudah tercapai, kebutuhan yang baru
menjadi tujuan. Perubahan ini mendorong penyesuaian budaya. Dengan kata lain
ketika tingkat perekonomian tertentu telah memuaskan suatu tingkat kebutuhan,
akan muncul kebutuhan baru yang menuntut perubahan budaya.
2.6.2 Perusahaan-perusahaan
Multinasional sebagai agen perubahan
Perpindahan suatu keluarga dari desa
ke kota, dari petani menjadi pekerja pabrik, menggambarkan bagaimana proses
industrialisasi mendorong perubahaan budaya. Suatu negara mungkin menjadi
negara industri dengan mengeksploitasi sumber-sumber buminya. Tetapi di era
modern ini, sumber industrialisasi yang penting adalah multinasional corporation (MNC = Perusahaan Multinasional). Suatu
MNC dengan cepat dan efektif memindahkan keistimewaan-keistimewaan suatu budaya
dari suatu masyarakat tertentu ke masyarakat lain yang benar-benar berbeda.
Dalam proses ini, ada kemampuan unik yang mendorong perubahan budaya.
MNC memindahkan nilai-nilai budaya
suatu negara dengan dua cara :
1).
Melalui jaringan kerja cabang-cabang yang luas, yang memperkenalkan,
mendemonstrasikan, dan menyebarkan bentuk-bentuk tingkah laku yang baru
sementara itu sektor pabrik negara setempat sedang berkembang dan mendapat
bentuk yang baru, dan
2).
Melalui susunan pelayanan bisnis yang meliputi iklan dan pendidikan bisnis.
BAB III
KESIMPULAN
Budaya
harus berhadapan dengan perubahan budaya. budaya sungguh bisa berubah, tetapi
perubahan itu berjalan perlahan-lahan. Proses industrialisasi adalah satu
factor penting di balik perubahan budaya. MNC yang terjadi dalam proses
industrialisasi, membawa perubahan-perubahan dalam budaya luar negeri. Jaringan
kerja mereka yang meliputi seluruh dunia memindahkan nilai-nilai budaya
perusahaan cabang di Negara-negara lain. Perubahan budaya juga terjadi melalui
pengaruh media iklan dan proses internasionalisasi pendidikan bisnis.
DAFTAR PUSTAKA
Jain, Subhash C.(2001).Manajemen Pemasaran Internasional.Jakarta:Penerbit
Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar