Kamis, 20 Maret 2014

Tugas 1 pemasaran Internasional M1



PEMASARAN INTERNASIONAL
 
Nama-nama kelompok :
Ma’rifah                    C 201 11 051
Delvin Eunike wile   C 201 11 052
Tiara Angraini          C 201 11 071
Atika Chairunnisa    C 201 11 081


FAKULTAS EKONOMI / MANAJEMEN
UNIVERSITAS TADULAKO
2013 / 2014




BAB I
PENDAHULUAN
Dalam melakukan pemasaran  yang melintasi batas-batas Negara dituntut suatu suatu interaksi dengan orang-orang dan lembaga-lembaga serta organisasi yang dikelola dalam lingkungan kebudayaan yang berbeda. Nilai-nilai yang penting bagi sekelompok orang mungkin tidak begitu berarti bagi kelompok lain. Sebagai contoh, sikap, dan persepsi  khas orang-orang amerika terhadap berbagai macam  hal mungkin sekali berbeda dengan ide dan pandangan bangsa lain untuk suatu hal tertentu. Singkatnya, di antara bangsa-bangsa terhadap perbedaan yang sangat berarti dan mencolok dalam sikap, kepercayaan, ritual, motivasi, persepsi, moralitas, kebenaran, dan takhayul. Di samping itu masih banyak lagi perbedaan karakter kebudayaan yang dapat kita sebut satu per satu hamper tanpa batas.
            Perbedaan kebudayaan sangat mepengaruhi perilaku pasar. Oleh karena itu, pemasar internasional sangat perlu untuk sungguh-sungguh mengenal ciri khas kebudayaan Negara-negara yang dengannya mereka mengadakan hubungan bisnis. Literatur pemasaran internasional  penuh dengan contoh-contoh di mana unsur-unsur kebudayaan bangsa-bangsa telah menimbulkan banyak masalah yang tak teratasi . disbanding fungsi-fungsi bisnis lainnya, pemasaran lebih mungkin berhadapan dengan masalah-masalah kebudayaan, Karena pemasaran mau tak mau harus berhubungan dengan orang-orang dalam setiap Negara yang dituju. Pada praktiknya, hampir seluruh kebijakan pemasaran berkaitan dengan kebudayaan.
            Pengaruh kebudayaan pada usaha pemasaran internasional  meliputi berbagai macam aspek. Pencantuman factor perbedaan kebudayaan dalam membuat kebijakan pemasaran untuk meningkatkan kesuksesan ternyata telah lama menimbulkan masalah kritis dalam pemasaran luar negeri. Sejalan dengan bertambah banyaknya kritik-kritik yang dilontarkan terhadap perusahaan-perusahaan multinasional, pengaruh kebudayaan tampak semakin penting. Kenaifan dan kesalahan yang berkaitan dengan kebudayaan bias menimbulkan masalah yang harus dibayar mahal.
            Bab ini akan dimulai dengan pembahasan mengenai pengertian kebudayaan dan kemudian menyelidiki pengaruh kebudayaan yang sangat besar terhadap pemasaran di luar Amerika Serikat. Unsur-unsur kebudayaan yang beraneka ragam juga dibicarakan di sini. Sebuah kerangka kerja untuk menganalisis kebudayaan akan diperkenalkan. Pengaruh struktur sosio-kultural suatu bangsa terhadap kebijakan pemasaran yang berbeda juga akan dianalisis. Setelah itu, suatu tatacara untuk melaksanakan adaptasi kebudayaan luar negeri akan ditawarkan. Akhirnya, pengaruh pemasaran luar negeri terhadap kebudayaan setempat sebagai agen perubahan akan dibahas.

BAB II
PEMBAHASAN
2. LINGKUNGAN BUDAYA
2.1 Konsep Budaya
Budaya terbentuk dengan cara yang berbeda-beda. Budaya meliputi segala sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai yang dipelajari dan diturunkan kepada setiap orang hidup dan tinggal di dalam masyarakat melalui pengalaman yang diperoleh. Sebuah definisi klasik mengenai kebudayaan telah diungkapkan oleh Sir Edward Tylor:
Budaya ialah suatu keseluruhan yang kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni moral, hukum/peraturan, adat-istiadat, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan lain yang diperoleh (setiap individu sebagai anggota) dalam masyarakat.
Budaya berkembang melalui hubungan sosial yang terus-menerus yang membentuk pola-pola yang akhirnya dibatinkan oleh anggota-anggota dari setiap kelompok.
Secara umum disetujui bahwa suatu kebudayaan harus memiliki ketiga karakteristik berikut:
1.      Kebudayaan dipelajari, artinya, kebudayaan diperoleh setiap orang sepanjang masa melalui keanggotaan mereka di dalam suatu kelompok yang menurunkan kebudayaannya dari suatu generasi  ke generasi berikutnya.
2.      Kebudayaan bersifat kait-mengkait, artinya setiap unsur dalam kebudayaan sangat berkaitan erat satu sama lain, misalnya unsur agama berkaitan erat dengan unsur perkawinan, unsur bisnis berkaitan erat dengan unsur status sosial.
3.      Kebudayaan dibagikan, artinya, prinsip-prinsip suatu kebudayaan menyebar kepada setiap anggota yang lain dalam suatu kelompok.
Konsep kebudayaan sangat luas dan kompleks, yaitu meliputi setiap segi kehidupan manusia. Hal ini memberi kesan bahwa kebudayaan mennjawab seluruh kebutuhan manusia, baik fisik  maupun psikologis. Selanjutnya, kebudayaan  terus-menerus berkembang dalam penyempurnaan dan penyesuaian yang konstan-sebagian dalam merespons pengaruh kekuatan dari luar. Dengan kata lain, suatu kebudayaan tidak bersifat tetap, melainkan perlahan-lahan berubah seiring perjalanan waktu. Akhirnya, perubahan kebudayaan tidak harus dapat dilihat, melainkan bias sangat halus dan tidak kentara sehingga dapat muncul ke permukaan dalam situasi di mana tak seorang pun pernah memperhatikannya.
            Suatu bangsa boleh jadi memiliki lebih dari satu kebudayaan. Kanada memiliki kebudayaan ganda: kebudayaan orang-orang yang berbahasa  inggris dan kebudayaan orang-orang yang berbahasa perancis. Dua kebudayaan yang sungguh berbeda juga terdapat di Israel. Kebudayaan itu, yakni kebudayaan dari kelompok barat yang terdiri dari imigran eropa dan amerika serikat yang kebudayaannya sesuai dengan latar belakangnya, dan satu lagi kebudayaan kelompok orientalis (Timur) yang terdiri dari imigran asia dan afrika, terutama masyarakat islam yang berbahasa arab. Perbedaan di antara kedua kelompok ini dilukiskan sebagai berikut:
Nilai-nilai kelompok orientalis umumnya cocok dengan nilai-nilai masyarakat tradisional yang digambarkan sebagai berikut: kewajiban kekuatan, kata-kata keramat, dan teguh atas keabadian mereka. Mereka menerima dunia secara fatalisitis. Mereka juga menaruh hormat terhadap penguasa dan suka berkelompok.
            Berbeda dengan ini, norma-norma dan nilai-nilai orang Israel keturunan barat dapat digambarkan dengan menekankan kegigihan bekerja, sikap yang agresif terhadap ekonomi dan perubahan social, punya kecenderungan yang jelas menuju tingkat industrialisasi yang lebih tinggi. Orang-orang imigran Israel yang berasal dari kelompok orientalis yang tiba lebih akhir daripada kelompok barat, dihadapkan terpikat akan masyarakat barat yang memilki tekanan kuat atas spesialisasi, globalisasi dan prestasi.
2.2 Ruang Lingkup Budaya
Pengetahuan tentang suatu kebudayaan dapat diperoleh dengan menggali aspek-aspeknya yang beraneka ragam-tetapi aspek-aspek yang mana?
Karena kebudayaan merupakan suatu konsep pemikiran yang sangat luas, sangat perlulah mengembangkan suatu ruang lingkup untuk pemahaman kebudayaan. dari titik pandang seorang pemasar, suatu cara memperoleh pemahaman kebudayaan adalah menganalisis elemen-elemen kebudayaan berikut dalam suatu negara: kehidupan material, interaksi social, bahasa, estetika, agama dan kepercayaan, harga diri dan prasangka, serta etika dan adat-istiadat.
2.2.1 Kehidupan Material
Kehidupan material mengacu pada kehidupan ekonomi, yakni apa yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh nafkah. Alat-alat pengetahuan, teknik, metode-metode dan proses-proses yang digunakan oleh suatu kebudayaan untuk menghasilkan barang dan jasa juga termasuk distribusi dan konsumsinya, termasuk dalam bagian kehidupan material. Ada dua bagian esensial dari kehidupan material, yaitu pengetahuan dan perekonomian.

2.2.2 Interaksi Sosial
Interaksi social membangun aturan-aturan yang dimainkan seseorang dalam masyarakat serta pola kekuasaan dan kewajiban mereka. Aturan dan pola ini didukung oleh kerangka lembaga-lembaga  masyarakat, yang meliputi, misalnya, pendidikan dan perkawinan.
Aturan-aturan social juga dibangun oleh kebudayaan. Misalnya, seorang wanita biasa berfungsi sebagai seorang isteri, ibu, pemimpin komunitas dan/ atau seorang tenaga kerja. Bahwa suatu peraturan cocok dalam situasi yang berbeda-beda adalah berkaitan dengan batas-batas kebudayaan. Kebanyakan wanita swiss menganggap tugas-tugas rumah tangga (contohnya, mencuci pakaian, mencuci piring, membersihkan lantai) sebagai tugas utama mereka. Karena alasan ini mereka anti akan peralatan dan mesin-mesin modern. Sikap-sikap dan tingkah laku juga lahir dari kebudayaan dalam bentuk konvensi,ritual , dan praktik-praktik dalam peristiwa yang berbeda-beda seperti dalam pesta, pernikahan, kebersamaan dan waktu berkabung atau perayaan keagamaan.
Demikian juga halnya dengan kewibawaan orang tua, guru, dan para agamawan yang dijunjung tinggi di banyak masyarakat. Sistem pendidikan, tata upacara social (perayaan dan pesta), dan adat kebiasaan serta tradisi-tradisi kembali meneguhkan aturan-aturan dan pola-pola individu dan kelompok yang telah ditetapkan sebelumnya. Berkenaan dengan pemasaran, interaksi sosial  mempengaruhi keputusan dan perilaku membeli suatu keluarga. Interaksi  social menentukan pandangan, pendapat dan kesempatan seseorang dalam mempengaruhi pasar.

2.2.3 Bahasa
Bahasa sebagai bagian dari kebudayaan dianggap tidak hanya dalam arti harfiah seperti kata-kata yang diucapkan, tetapi juga sebagai symbol komunikasi dari waktu, ruang, benda-benda, persahabatan dan kesepakatan. Komunikasi terungkap melalui kata-kata, gerak-gerik, air muka dan gerakan-gerakan tubuh lainnya. Banyak bahasa yang berbeda-beda di dunia ini yang tidak dapat diterjemahkan secara harfiah dari satu bahasa ke bahasa yang lain. Pengertian dari aspek simbolis dan fisik pada komunikasi  dalam kebudayaan yang berbeda lebih sulit lagi dimengerti. Sebagai contoh, suatu ungkapan seperti “body by fisher “. Demikian juga halnya dengan ungkapan “Let Hertz put you in the driver’s seat”, bila diterjemahkan secara harafiah ke bahasa spanyol  berarti “Let Hertz make you a chauffeur”. Nova diterjemahkannya ke bahasa spanyol sebagai “it doesn’t go”. Suatu pengiriman sepatu dari cina ke mesir pernah menimbulkan masalah karena desain pada sol sepatu-sepatu itu bila dieja menjadi “god” (Allah) dalam bahasa arab. Mesin fotocopy roto dari Olympia tidak laku di chili karena dalam bahasa chili kata “roto” berarti kelas/mutu paling rendah, dan kata “roto” dalam bahasa spanyol berarti “patah, hancur atau remuk”. Bahasa dalam transaksi-transaksi dagang, kontrak, negosiasi, reklame, dan lain sebagainya. Sebagai contoh, coca-cola co., tidak menggunakan kata “diet” di perancis, karena kata diet itu di sana memberi kesan kesehatan yang buruk. Sebagai gantinya perusahaan itu menyebutnya coca-cola light.
Komunikasi simbolis juga sama pentingnya. Hadir tepat waktu dalam suatu pertemuan adalah norma perilaku yang dipegang teguh di amerika serikat. Seseorang akan dipandang rendah jika dia tidak hadir tepat pada waktu yang sudah ditetapkan.
2.2.4 Estetika
Estetika meliputi seni (arts), drama, music, kesenian rakyat (folksway), dan arsitektur (seni bangunan) yang terdapat dalam masyarakat. Aspek-aspek yang terdapat dalam masyarakat tadi membawa dan melahirkan suatu konsep keindahan dan ekspresi yang menakjubkan dalam suatu kebudayaan. Sebagai contoh, warna-warna yang berbeda memiliki arti yang berbeda pula di seluruh dunia. Di masyarakat barat, pakaian pengantin biasanya warnanya putih, tetapi asia, warna putih justru simbol dukacita.
Nilai estetika dari suatu masyarakat tampak pada corak, bentuk, warna, ekspresi, symbol, gerak-gerik, emosi, perawakan yang bernilai dan berkaitan dengan suatu budaya tertentu.atribut-atribut ini memiliki pengaruh pada desain/model dan promosi untuk produk yang berbeda. Demikian juga, ruang dan cara seseorang mengungkapkan sesuatu tentang posisi dan keadaannya dilihat dari setiap kebudayaan. Dalam banyak situasi bahasa simbolis dari suatu komunikasi lebih penting daripada kata-kata yang nyata, dan orang memberi tanggapan berdasarkan hal itu. Oleh karena itu, seorang pemasar internasional harus mengerti perbedaan kebudayaan dan menanggapinya dengan tepat untuk menghindari komunikasi yang membawa pesan yang salah.

2.2.5 Agama dan Kepercayaan
Agama mempengaruhi pandangan hidup, makna  dan konsep suatu kebudayaan. Agama juga mempengaruhi peran pria dan wanita, juga institusi-institusi kemasyarakatan dan adat-istiadat, seperti upacara pernikahan dan upacara pemakaman. Agama islam sungguh-sungguh membatasi peran wanita, yakni sebagai ibu rumah tangga. Wanita juga di batasi pada tugas sebagai bawahan. Lagi pula, seorang pria islam diizinkan memiliki lebih dari satu orang isteri, tetapi seorang wanita harus mempunyai satu suami. Agama mempengaruhi pola kehidupan dalam berbagai cara yang lain. Agama membangun wewenang dalam suatu hubungan, tugas dan tanggung jawab individu baik pada masa kanak-kanak maupun pada masa dewasa, dan kesucian perbuatan-perbuatan yang berbeda-beda seperti pemeliharaan kesehatan.

2.2.6 Harga Diri dan Prasangka
Setiap kebudayaan mendorong perkembangan suatu bentuk harga diri dan prasangka tertentu di antara para anggotanya. Oleh karena itu, bahkan kebudayaan paling terbelakang di mata orang barat pun memiliki harga diri dalam cara dan sifat serta sikapnya.
2.2.7 Etika dan Moral
Pengertian dari apa yang disebut benar dan apa yang salah didasarkan pada kebudayaan. Keterusterangan dan kejujuran yang terbuka secara moral dianggap benar di amerika serikat, bahkan walaupun itu menyakiti hati. Dalam kebudayaan latin, orang menolak atau menghindari pernyataan-pernyataan langsung yang kiranya akan membuat malu dan membuat orang lain merasa tidak senang. Jadi walaupun sesungguhnya seorang pedagang latin tidak ingin untuk mengadakan transaksi dagang pada suatu waktu tertentu, dia akan berusaha untuk tampak cukup memberikan perhatian, walaupun pada akhirnya ia akan menarik diri dari proses transaksi itu.
2.3 Budaya  dan Pemasaran
Budaya mempengaruhi setiap aspek pemasaran. Sebuah perusahaan yang berorientasi pemasaran harus mengambil keputusan berdasarkan sudut pandang pelanggan. tindakan-tindakan para pelanggan dibentuk oleh gaya hidup dan pola tingkah laku yang berasal dari kebudayaan masyarakat mereka. Jadi, barang-barang yang mereka beli, lambang-lambang yang bernilai bagi mereka serta prinsip-prinsip yang mereka anut, dipilih oleh mereka dipengaruhi oleh kebudayaan mereka. Sesungguhnya bukanlah suatu yang berlebihan untuk mengatakan bahwa sudut pandang atau sumber-sumber, masalah-masalah, dan peluang-peluang untuk sesuatu yang sungguh-sungguh luas diwariskan dan dikondisikan oleh kebudayaan.
  1. 2.3.1      Produk 
  2.         Ada dua produk yang mirip yang diperkenalkan disebuah negara. Satu di antaranya diterima dengan baik,    sementara yang satu lagi gagal. Walaupun keadaan produk dipasar tergantung pada berbagai macam faktor, namun dalam beberapa kasus kegagalan secara langsung terjadi karena kesalahpahaman dalam berhadapan dengan kebudayaan.Suatu produk yang telah sukses di Amerika Serikat mungkin tidak akan  memperoleh hasil yang sama ditempat lain karena barang  yang diinginkan di Amerika Serikat belum tentu diinginkan ditempat lain. Kadang-kadang sebuah produk yang tidak mendapat sambutan di Amerika Serikat berkemungkinan sukses ditempat lain bila bentuknya disesuaikan dengan budaya setempat. Secara umum, produk yang hendak dipasarkan ke luar negeri harus cocok dengan keadaan lingkungan budaya negara yang hendak dituju. Sikap untuk mempertimbangkan resiko yang akan diterima juga dipengaruhi oleh kebudayaan. Resiko merupakan suatu faktor penentu yang lebih penting dalam kebiasaan berbelanja di Amerika Serikat dari pada di Mexico, di mana konsumen sangat kuat dipengaruhi oleh pemikiran fatalistik, yang percaya bahwa manusia tidak punya kontrol dan sumber atas bentuk sesuatu dimasa depan.
2.3.2 Distribusi
Dimensi kultural suatu bangsa dapat menjadikan suatu rencana distribusi lebih hidup dan bergairah. Sebagai contoh, di Amerika Serikat, Sears mendapatkan penjualan Roebuck dalam persentase yang sangat besar. Namun di mexico, Sears telah membuat dua hal yang sangat berbeda, untuk menanggapi aspek harga diri budaya setempat. Saluran distribusi barang mungkin perlu dimodifikasi agar sesuai dengan kondisi setempat.

2.3.3        2.3.3  Promosi
Praktik-praktik promosi, khususnya iklan, barangkali adalah yang paling mudah terkena kesalahpahaman budaya. Dibawah ini ada sejumlah contoh salinan dan bentuk-bentuk iklan yang memalukan dari sudut pandang budaya. Akibatnya, iklan itu tidak mencapai sasaran yang diinginkan.
  1. 2.3.4        Harga 
    1.   Harga atas produk  yang bersedia dibayar  konsumen tergantung pada nilai pikiran dan aktual dariproduk tersebut. Nilai barang yang diimpor dari negara-negara barat, misalnya, dianggap lebih tinggi dinegara sedang berkembang. Sebagai contoh, orang-orang india menganggap barang-barang impor lebih bermutu tinggi dari pada barang-barang produksi lokal mereka. Karena alasan itu, perusahaan-perusahaan Amerika dan inggris menjualnya dengan harga yang membubung. Ada sebuah cerita yang diceritakan oleh seorang india yang pernah berlibur ke Inggris.

2.4  Analisis Budaya – Keunggulan Pandangan Negara Tuan Rumah
       Analisis kultural yang berbeda perlu bagi perumusan strategi pemasaran internasional.  Secara konseptual, analisis kultural itu dapat didasarkan pada yang manapun dari ketiga  pendekatan berikut ini : etnosentrisme, asimilasi, dan keunggulan pandangan negara tuan rumah.
Pendekatan etnosentrisme menganggap “Kamilah yang terbaik.”banyak perusahaan Amerika Serikat salah karena menganggap bahwa apa yang baik di tempat sendiri pasti baik juga dipasar-pasar luar negeri. Contoh-contoh yang dibahas dalam bagian sebelumnya telah memperlihatkan bagaimana paham etnosentrisme dapat menimbulkan kesalahan yang harus dibayar mahal. Pendekatan asimilasi menganggap bahwa karena Amerika adalah wadah percampuran budaya,maka ciri-ciri khas budaya yang tampak dimasyarakat Amerika pasti cocok dimanapun. Pendekatan yang ketiga ialah keunggulan pandangan negara tuan rumah memberi perhatian pada keadaan pasar dan menekankan kebijakan-kebijakan yang didasarkan pada ciri khas budaya setempat, budaya tuan rumah. Pendekatan ini menganggap informasi setempat sebagai pintu masuk untuk sukses dalam pasar-pasar diluar Amerika Serikat. Pembahsan berikut ini akan memakai pendekatan ketiga.
2.4.1         Penafsiran Budaya
               Suatu penafsiran atau budaya suatu negara demi kesuksesan pemasaran meliputi analisis atas sikap, motivasi, persepsi, dan proses belajar orang-orang. Menyimpulkan dan meringkaskan secara lebih spesifik ketetapan-ketetapan budaya. Informasi yang terkandung dalam petunjuk tersebut mencoba menghubungkan ciri khas budaya dengan kebijakan-kebijakan pemasaran. Sebagai contoh, hanya mengetahui agama dan moralisasi dari suatu budaya tidak akan memadai. Yang harus dianalisis ialah, apakah barang-barang yang akan diperkenalkan ke suatu negara memiliki konotasi langsung atau tidak langsung yang bertentangan dengan pola-pola budaya masyarakat setempat. Hal yang sama juga diperiksa pada tema-tema iklan, ungkapan-ungkapan, kata-kata atau ekspresi dalam promosi.
Nilai budaya suatu bangsa suatu dapat dipelajari melalui observasi maupun kerja lapangan. Observasi menuntut tinggal dan hidup dalam suatu lingkungan budaya selama periode waktu yang lama agar sungguh-sungguh terlibat dalam seluruh pola kehidupannya. Kerja lapangan disisi lain, meliputi pengumpulan informasi tentang perangkat unsur-unsur yang memiliki relasi dengan budaya setempat. Sementara itu metode observasi mungkin lebih diinginkan demi pemahaman suatu budaya dengan lebih sempurna.


2.5  Adaptasi budaya
mengacu pada penentuan kebijakan bisnis yang sesuai dengan ciri khas budaya suatu masyarakat. Dengan kata lain, adaptasi menuntut bahwa kebijakan yang diambil itu harus peka terhadap budaya setempat untuk menjamin bahwa adat-istiadat, dan hal-hal yang tabu tidak membatasi mereka dalam mengimplementasaikan.
     Bagian-bagian pembahasan terdahulu telah menggarisbawahi pentingnya budaya sebagai factor keberhasilan pelaksanaan perdagangan di luar Amerika Serikat. Pengaruh budaya meliputi  segalanya dalam semua keputusan pemasaran. Sangat jelas bahwa pemasar-pemasar internasional harus mengusahakan adaptasi budaya di luar negeri. Semua keputusan dan tindaka mereka sepenuhhnya harus cocok dengan budaya setempat.
Walaupun arti penting dari adaptasi budaya disadari ssngat luas, namun pelaksanaannya sangatlah sulit. Asalan utama dari kesulitan  ini ialah apa yang dikatakan seorang pengarang sebagai SRC, yakni kecenderungan menggunakan self- efrence criterion (berdasarkan kriteria sendiri), yang dapat dijelaskan dengan cara berikut ini : Kapan saja orang berhadapan dengan situasi yang unik, nilai-nilai mereka sendirilah yang digunakan sebagai ukuran bagi pemahaman dan tanggapan mereka atas situasi tersebut. Ketergantungan  pada SRC muncuk secara alamiah. Sebagai contoh, seandainya orang Amerika terlambat pada suatu pertemuan, orang itu sangat merasa bersalah dan dia akan meminta maaaf atas keterlambatannya teersebut. Nilai-nilai atas ketepatan waktu itu sendiri di Amerika sudah sungguh-sungguh tertanam. Sedangkan bagi orang arab waktu pertemuan yang telah ditetapkan pukul 09.00 tidaklah berarti harus sungguh-sungguh tepat pukul 09.00. Kecenderungan  terhadap SRC menjadi suatu kesulitan besar dalam adaptasi budaya.
2.5.1 Kerangka Kerja Adaptasi
Lee mengajukan suatu prosedur yang terdiri dari empat langkah untuk memeriksa pengaruh SRC dalam adaptasi bisnis :
 Langkah 1. Menetapkan masalah atau tujuan bisnis dalam hubungannya dengan ciri  khas budaya, kebiasaan, atau norma-norma Amerika Serikat.
   Langkah 2. Menetapkan masalah atau tujuan bisnis dalam hubungannya dengan cirikhas, kebiasaan, atau norma-norma budaya bangsa asing. Jangan menjatuhkan penilaian atas nilai-nilai tersebut.
  Langkah 3. Singkirkan pengaruh SRC dalam msalah itu dan periksalah hal itu dan        periksalah hal itu dengan penuh kehati-hatian untuk melihat bagaimana hal itu mempersulit masalah tadi.
• Langkah 4. Definisikan kembali masalah tadi tanpa pengaruh SRC dan pecahkan  demi menciptakan suasana bisnis yang mencapai tujuannya.
2.5.2 Lingkungan Adaptasi
Secara esensial, ada tiga lingkup yang tercakup dalam adaptasi bisnis luar negeri : produk, institusi, dan individu. Produk dapat dipasarkan ke luar negeri, dengan dimodifikasi hingga dengan iklim, spesifikasi elektronik, preferensi warna, dan minat luar negeri, atau produk itu dirancang ulang sama sekali agar sesuai dengan kebuthuan masyarakat setempat misalnya, sebuah mobil seharga 3.000 dolar untuk Negara-negara di dunia ketiga. Tingkah laku institusi meliputi adaptasi organisasi dan intraksi-interaksi bisnis untuk mencocokan dengan perspektif Negara setempat. Misalnya, perusahaan Amerika Serikat di Spanyol mengizinkan para pekerjanya untuk istrahat siang.
            Yang paling penting, adaptasi tanggapan individu terhadap situasi Negara-negara setempat harus benar-benar  bebas dari SRC. Adaptasi  sperti ini dituntut dalam segala hal-arti waktu, tingkah laku social, tingkah laku bermain, inteeraksi dalam keluarga,  dan lain-lain. Sebagai conto, adaptasi menuntut bahwa istri seorang eksekutif pria Amerika Serikat tidak akan menemani eksekutif itu pada suatu jamuan makan malam di negara islam.Sayangnya, dalam situasi-situasi internasional, suatu budaya tertentu banyak diilhami nilai-nilainnya sendiri, sehingga apa yang umumnya dilihat dan dibuat yang dianggap tepat dan benar.

            Adaptasi tingkah laku yang cocok perlu untuk memperoleh keberhasilan dalam bisnis luar negeri. Adaptasi jangan disalah mengerti dengan arti bahwa seorang harus menyesuaikan dengan diri dan sikap dan tingkah laku serta ciri khas budaya negara setempat. Melainkan, seorang harus, dengan melepaskan diri dar SRC, mencari pemahaman akan suatu budaya, mengembangkan smangat toleransi dan opresiasi terhadap budaya yang berbeda-beda.
            Pengabdian faktor budaya akan menghambat keberhaasilan pemasaran, dan bahkan dapat menjerumuskan pada kegagalan. Jadi, strategi pemasaran harus benar-benar memperhatikan dan mempertimbangkan ciri khas budaya setempat.

2.6 Perubahan Budaya
Sementara para pemasar internasional harus mengerti bahwa budaya mempengaruhi seluruh aspek kehidupan dan dengan demikian menuntut mereka untuk akrab dengan budaya tersebut demi peslaksanaan kebijakan pemasaran yang sesuai. Mereka juga dituntut untuk menyadari bahwa budaya tersebut mengalami perubahan dalam perjalanan waktu.
Karakteristik budaya inni rupanya memberikan suatu peluang yang menarik. Barang dan jasa yang pada suatu waktu tidak dapat dipasarkan kedalam suatu budaya tertentu, mungkin nantinya dapat diterima dan disambut baik karena adanya perubahan budaya. Dengan kata lain, perubahan budaya mempengaruhi sambutan dan tanggapan orang suatu barang yang baru.

2.6.1 Dasar-dasar Perubahan Budaya
            Masalah perubahan budaya adalah suatu perubahan yang kontroversial dan para antropolog satu sama lain memiliki alsan masing-masing yang berbeda-beda. Meskipun hal itu diperdebatkan, satu cara untuk melihat terjadinya perubahan budaya adalah melalui perkembangan ekonomi dan teori hierarki kebutuhan maslow. Maslow menyusun dan menggolongkan lima tingkat kebutuhan manusia mulai dari kebutuhan rendah samoai kebutuhan yang paling tinggi : kebutuhan jasmani ( makanan, air, tempat berteduh, seks); kebutuhan akan rasa aman (perlindungan, keamanan, stabilitas); kebutuhan sosial (rasa sayang, persahabatan, penerimaan);kebutuhan ego (prestise, keberhasilan,harga diri);dan kebutuhan aktualisasi diri (kepenuhan diri). Dengan suatu negara mulai bergerak dari suatu tingkat ekonomi yang rendah, di mana pemenuhan kebutuhan jasmani sebagai tujuan utamanya, menuju satu situasi di mana kebutuhan dasar itu telah dengan mudah tercapai, kebutuhan yang baru menjadi tujuan. Perubahan ini mendorong penyesuaian budaya. Dengan kata lain ketika tingkat perekonomian tertentu telah memuaskan suatu tingkat kebutuhan, akan muncul kebutuhan baru yang menuntut perubahan budaya.
2.6.2 Perusahaan-perusahaan Multinasional sebagai agen perubahan
            Perpindahan suatu keluarga dari desa ke kota, dari petani menjadi pekerja pabrik, menggambarkan bagaimana proses industrialisasi mendorong perubahaan budaya. Suatu negara mungkin menjadi negara industri dengan mengeksploitasi sumber-sumber buminya. Tetapi di era modern ini, sumber industrialisasi yang penting adalah multinasional corporation (MNC = Perusahaan Multinasional). Suatu MNC dengan cepat dan efektif memindahkan keistimewaan-keistimewaan suatu budaya dari suatu masyarakat tertentu ke masyarakat lain yang benar-benar berbeda. Dalam proses ini, ada kemampuan unik yang mendorong perubahan budaya.
            MNC memindahkan nilai-nilai budaya suatu negara dengan dua cara :
1). Melalui jaringan kerja cabang-cabang yang luas, yang memperkenalkan, mendemonstrasikan, dan menyebarkan bentuk-bentuk tingkah laku yang baru sementara itu sektor pabrik negara setempat sedang berkembang dan mendapat bentuk yang baru, dan
2). Melalui susunan pelayanan bisnis yang meliputi iklan dan pendidikan bisnis.


BAB III
KESIMPULAN
Budaya harus berhadapan dengan perubahan budaya. budaya sungguh bisa berubah, tetapi perubahan itu berjalan perlahan-lahan. Proses industrialisasi adalah satu factor penting di balik perubahan budaya. MNC yang terjadi dalam proses industrialisasi, membawa perubahan-perubahan dalam budaya luar negeri. Jaringan kerja mereka yang meliputi seluruh dunia memindahkan nilai-nilai budaya perusahaan cabang di Negara-negara lain. Perubahan budaya juga terjadi melalui pengaruh media iklan dan proses internasionalisasi pendidikan bisnis.


DAFTAR PUSTAKA
Jain, Subhash C.(2001).Manajemen Pemasaran Internasional.Jakarta:Penerbit Erlangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar